BEBERAPA orang ibu menenteng karung goni ukuran besar berjalan menyusuri bebatuan gajah yang memanjang di bibir Pantai Talise, Teluk Palu, Minggu (29/1/2023). Mereka sangat awas pada setiap langkahnya, jika tidak, kaki bisa terperosok di sela-sela bebatuan tersebut, dan tentu saja akibatnya bisa fatal.
Mahasiswa Teknik Lingkungan Untad berpose usai memungut sampah di tanggul penahan ombak Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (21/2/2022). (Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)
PULUHAN mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tadulako (Untad) memungut sampah-sampah terutama sampah plastik di sekitar tanggul penahan ombak di sekitar Pantai Talise, Palu, Senin (21/2/2022) sore.
Menurut Henry, Ketua Mahasiswa Angkatan 2021 di program studi itu, aksi itu adalah spontanitas para mahasiswa setelah melihat banyaknya serakan sampah di sekitar wilayah itu.
“Ini bertepatan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, jadi kami spontan saja turun ke sini (pantai) untuk memungut sampah-sampah, terutama sampah plastik itu,” ujar Henry diamini rekan-rekannya.
Ia mengatakan, persoalan sampah bukanlah tanggungjawab pihak tertentu saja, namun menjadi tanggungjawab semuanya, tak terkecuali mahasiswa itu sendiri. Justeru menurutnya, mahasiswa harus menjadi penggerak bagi kesadaran akan lingkungan, terlebih jika dikaitkan status mahasiswa sebagai salah atu agen perubahan.
Ini katanya akan makin relevan jika dihubungkan dengan program lingkungan Pemerintah Kota Palu yang menargetkan akan bisa meraih piala supremasi kebersihan Adipura pada 2023 mendatang.
“Kami tidak sekadar belajar tentang teknik lingkungan di bangku kuliah, tetapi juga berusaha menyelami lebih dalam dengan aktivitas spontan seperti ini. Persoalan sampah adalah persoalan kita semua,” tandasnya.
Sampah menurutnya makin menarik dipersoalkan terutama jika dikaitkan dengan perubahan lingkungan atau clmate change yang sesungguhnya sudah terjadi dan menjadi ancaman serius, bukan hanya bagi generasi saat ini tetapi juga generasi mendatang.
Dalam catatan, produksi sampah nasional adalah terbesar kedua di dunia setelah China. Bahkan untuk sampah plastik menurut hasil survei, Indonesia adalah salah satu penghasil terbesar.
“Kita semua harus bisa mengambil peran untuk mengatasi masalah sampah ini,” ajaknya. (afd)
Nelayan memperbaiki jaringnya di sela tidak melaut di Pantai Teluk Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (31/10/2021). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini kepada para nelayan tentang ancaman fenomena La Nina atau pendinginan Suhu Muka Laut (SML) yang dapat mempengaurhi cuaca dan pasang surut air dan diprediksi terjadi pada akhir tahun. (Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)
Nelayan memperbaiki jaringnya di sela tidak melaut di Pantai Teluk Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (31/10/2021). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini kepada para nelayan tentang ancaman fenomena La Nina atau pendinginan Suhu Muka Laut (SML) yang dapat mempengaurhi cuaca dan pasang surut air dan diprediksi terjadi pada akhir tahun .
Foto bersama Mapala Pawana FMIPA Untad usai aksi bersih-bersih di Pantai Tondo, Palu, Minggu (7/11/2021). (Foto: Mapala Pawana)
SEJUMLAH mahasiswa yang tergabung dalam Mapala Pawana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Tadulako menggelar aksi bersih pantai di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (7/11/2021).
Kegiatan yang juga melibatkan mahasiswa KKN Untad angkatan 97 Posko Tondo 15 dilaksanakan dalam kaitan peringatan dies natalis-14 Mapala Pawana yang bertema Melepas Belenggu Sampah di Pantai Tondo.
“Kegiatan ini dilakukan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat secara luas dan khususnya kepada masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai tentang pentingnya menjaga kebersihan pantai terutama dari sampah plastik karena dampaknya akan kembali ke masyarakat itu sendiri,” kata Gamaria Barasalim, ketua panitia kegiatan tersebut.
Ia menyebutkan, pada aksi itu banyak ditemukan sampah plastik, mulai dari kemasan makanan, produk perawatan diri hingga sampah rumah tangga.
“Sampah plastik merupakan sampah yang sangat susah terurai dan merupakan salah satu ancaman bagi biota laut. Sampah plastik di laut lama-kelaman akan berakhir menjadi mikro plastik yang bukan hanya mengancam kehidupan biota laut tetapi juga dapat membahayakan manusia yang mengkonsumsi hasil laut yang sudah tercemar mikro plastik tersebut,” jelasnya.
Sampah yang telah dikumpulkan lalu dimasukkan ke dalam karung yang telah disediakan sebelumnya dan diangkut ke tempat pembuangan sampah sementara yang telah disediakan oleh pemerintah Kota Palu.
Dies natalis ke-15 Mapala Pawana akan diperingati pada 10 November mendatang.
“Harapan saya kegiatan ini dapat dirasakan manfaatnya baik terhadap alam maupun manusia, karena merujuk dari arti kata Pawana yang bermakna angin. Seperti filosofi angin walaupun tidak dapat terlihat tetapi manfaatnya dapat dirasakan,” imbuh Moh. Nursapriansah, Ketua Umum Mapala Pawana FMIPA Untad.
“Dari kegiatan bersih-bersih yang dilakukan di pantai Tondo yang merupakan salah satu sasaran pantai wisata sehingga perlu kita gaungkan terus dalam hal masalah kebersihan sampah di pantai Tondo” harap Halim, Lurah Tondo. (afd/*)