Tag: bencana

pojokPALU > Blog >
Menyambung Kembali Jalan Gunung Gawalise

Menyambung Kembali Jalan Gunung Gawalise

28 SEPTEMBER 2018 silam, jalan ini terputus akibat bencana dahsyat tak terperikan bernama likuifaksi. Jalan yang dinamai Gunung Gawalise ini amblas hingga 8 meter. Bongkahannya mengalir bersama rerumah warga.

Selama lebih dari empat tahun terputus, jalan ini telah menorehkan ceritanya sendiri, mulai dari gembala sapi dan kambing, mas somay, hingga pedagang sayur, tak terkecuali ojek online. Meniti jalan berdebu, bergelombang dan juga berbatu.

Namun cerita itu bersambut, membiarkannya dalam kenangan pilu akan makin menyiksa. Karenanya, sejak beberapa hari terakhir, lalu lalang truk dan alat berat di jalan putus itu menjadi pemandangan yang mencerahkan, setidaknya bagi warga sekitarnya.

“Syukurlah karena diperbaiki, terlalu jauh kalau harus berputar lagi ke Jalan Kelor, padahal tujuan hanya dekat-dekat saja,” ujar Salim, salah seorang warga yang saban hari mengaku melintas di jalan itu.

Debu beterbangan, deru alat berat, mata tertuju ke hamparan ilalang yang mengaburkan bekas likuifaksi. Kebangkitan Balaroa bisa jadi akan berawal dari jalan yang disambung kembali ini.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by pojokPALU (@pojokpalu)

Empat Tahun di Huntara Layana, Lalu “Terusir”

Empat Tahun di Huntara Layana, Lalu “Terusir”

Sejumlah penyintas bencana 2018 silam yang menamakan diri dari Forum Penyintas Bencana Layana mendatangi Kantor DPRD Sulawesi Tengah di Jalan Dr Sam Ratulangi, Senin (9/1/2023).

Kedatangan mereka ke kantor itu untuk meminta dukungan agar mendesak pemerintah setempat untuk menyediakan lahan huntap bagi mereka. Pasalnya, mereka telah “terusir” dari huntara yang selama empat tahun telah ditempatinya sejak bencana lalu.

Terusirnya mereka dari Huntara bukan tanpa alasan. Lahan yang ditempati Huntara mereka berdiri adalah milik seorang pribadi dengan status pinjam pakai. Lahan tersebut telah digunakan sejak 2018 lalu dan sesuai perjanjiannya akan berakhir pada 2020.

 

Namun hingga akhir 2020, ternyata Huntap yang dijanjikan pemerintah tidak kunjung ada, sehingga pemilik lahan membijaksanai perpanjangan lahan huntara itu untuk dipakai hingga dua tahun berikutnya lagi, atau hingga 2022.

Nah, saat ini waktu perpanjangan masa pakai lahan tersebut sudah selesai dan sang pemilik lahan sudah akan menggunakan Kembali lahannya. Dengan terpaksa, para penyintas yang jumlahnya sedikitnya 77 Kepala Keluarga itu harus angkat kaki dari lahan itu.

“Pemilik lahan tidak bisa disalahkan, karena itu adalah haknya dan bahkan sudah membijaksanai hingga perpanjangan dua tahun lagi. Kalau pemilik lahan ingin menggunakan Kembali lahannya, itu adalah hal yang wajar dan tak dapat disalahkan,” ujar salah seorang pengunjuk rasa.

Lalu, kemana ke-77 KK itu bernaung? Sebagian luntang-lantung menumpang di rumah keluarganya. Sebagian lagi berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

“Ini derita kami, dan karena itulah kami dating kemarin,” tambah seorang ibu lainnya yang ikut ambil bagian dalam aksi itu.

Mereka mendesak pemerintah agar segera menyiapkan lahan bagi mereka untuk dibuatkan huntap. Mereka juga tak mungkin lagi Kembali ke huntara, karena selain pemilik lahan ingin menggunakan kembali lahannya, huntara di tempat itu juga sudah “koyak” termakan usia.

Desakan penyintas yang hari itu tak hanya mebawa pamplet dan spanduk tetapi juga membawa serta anak-anaknya dan bahkan peralatan dapurnya. Mereka juga melakukan aksi teaterikal dengan membentangkan spanduk di depan Gedung tersebut lalu berbaring di atasnya.

Beberapa saat kemudian, dua orang anggota DPRD Sulteng yakni Alimuddin Paada dan Rosmini A Batalipu menemui mereka.

Alimuddin Paada mengaku turut menyumbang biaya pembebasan lahan untuk para penyintas Layana itu. Meski begitu, ia juga meyakinkan akan mengundang para pihak terkait tuntutan para penyintas tersebut.

“Jika kita disuruh memilih, tentu tidak ada yang menginginkan bencana ini terjadi,” pekik seorang penyintas. Mereka tertib membubarkan diri. (afd)

Huntap Satelit Balaroa Kini Makin Asri

Huntap Satelit Balaroa Kini Makin Asri

HUNIAN tetap (Huntap) satelit yang dibangun pemerintah di Kelurahan Balaroa kini makin asri setelah dibangunya ruang terbuka hijau. Kesan “kumuh” sebelum huntap itu ditempati kini tidak ada lagi. Sejauh mata memandang, rumah-rumah bertipe sederhana tampak asri.

PojokPALU pada Senin (29/8/2022) sore menyempatkan diri mengunjungi huntap bagi para penyintas bencana itu. Sejumlah ibu-ibu tampak sedang latihan berbaris di jalan aspal mulus yang juga baru dibangun.

Tidak jauh dari situ, sejumlah warga juga dengan tekun menelisik nama-nama yang terukir pada prasasti kenangan yang dibangun atas kerjasama dengan pemerintah Perancis.

Seorang ibu penjual siomay yang menempatkan gerobak jualannya tepat di sudut jalan di depan Masjid Hidayatullah melemparkan senyum. Ia dengan ramah menyambut setiap warga yang bukan penghuni tetap dan datang berkunjung ke tempat itu.

Di area yang lebih lapang, sebuah tempat parkir lengkap dengan rumbaian 10 pohon palem yang tertancap membatasi ruang parkir dengan rumah warga di sebelahnya.

“Wah, sudah keren sekarang Huntap Balaroa ini, semoga penghuninya yang juga para penyintas bencana pada betah di hunian ini,” ujar salah seorang warga yang berkunjung di tempat itu. (afd)

“Pulang” dengan Getir

“Pulang” dengan Getir

Tiga tahun di ruang sempit, panas, dan pengap
Tiga tahun di jalan tanah berdebu, kumal, dan riuh
Tiga tahun di antrean masuk WC
Tiga tahun menanti yang tak kunjung datang.

Tapi kita dekat satu sama lain
Tapi kita terkekeh satu sama lain
Tapi kita saling berbagi satu sama lain
Tapi kita sama-sama menanti yang tak kunjung datang.

Kita sudah cukup lama di sini
Kini Tuan lahan sudah berhajat
Kita harus segera angkat kaki
Kini belanga pun harus dibawa

Kemana kita..?

Kemana lagi kalau bukan ke tempat asal
Kemana lagi kalau bukan ke pantai
Kemana lagi kalau bukan ke zona merah

Karena di sanalah kita dikehendaki hidup..

 #yangsabarsodaraku
#photojournalism #photojournalist #reportage #documentary #storytelling #visualstory #disaster #survivor #tsunami #lere #palubay #bmzimages

Foto-foto ini juga ditayangkan di laman instagram @bmz_bmz