INISIATIF Dade Reme Vula atau cerita bulan purnama memulakan pagelaran perdananya dalam bentuk pertunjukan seni dan budaya di Bandsaw Café Jalan Towua, Palu, Jumat (21/6/2024) malam, tepat saat bulan purnama menyinarkan cahayanya di langit.
Dade Reme Vula berangkat dari ide dasar kurangnya ruang ekspresi bagi kebudayaan to Kaili. Adalah Kaili Povia Management berkolaborasi dengan seniman dan budayawan setempat untuk menghadirkan format pergelaran yang penggagasnya memberinya nama sebagai Kampung Kaili tradisonal.
Tema Dade Reme Vula tidak hanya menjadi ujaran, tapi terimplementasi dalam suasana yang sengaja diciptakannya di pergelaran itu. Ada Jerami padi di atas dan bahkan di sudut panggung. Ada Goroba atau gerobak khas petani. Ada pula Toru yang lazim dikenakan para orang tua to Kaili di masa lalu.
Di atas panggung, seorang pria memainkan Kayori. Syair-syair kuno yang bijak dan menitipkan pesan dan nilai-nilai keberadaban melantun dengan tegas. Di sisi lainnya, dentingan music tradisi Kakula membawa ingatan pada kampung halaman. Lalove apalagi, turun naik dan liukan suaranya merindingkan bulu kuduk.
Agak ke dalam, Ina-Ina menyajikan Dange dan Jepa yang masih hangat terbungkus daun pisang. Lebih ke dalam lagi, ubi kayu rebus dipasangkan dengan Kaledo atau Uwemvoi. Ada pula nasi jagung lengkap dengan Palumara dan Duonya serta Gammi-gammi’nya.
“Ini benar-benar terasa berada di kampung Kaili sesungguhnya,” kata Abal, seorang pengunjung sembari menikmati Dange hangatnya.
Kata Smit Lalove, salah seorang inisiator Dade Reme Vula, ini adalah manifestasi dari keinginan untuk membumikan kembali to Kaili di tanah Kaili.
“Ini perdana tapi akan terus berlangsung sera rutin setiap bulannya pada setiap bulan purnama,” sebut Smit.
Pada pagelaran itu juga diisi dengan sastra Kaili, karya instalasi, kuliner local, budaya, dan ekonomi kreatif. Ditampilkan pula aneka parang atau Guma pusaka dari berbagai asal dari tanah Kaili.
Budi Papeo, koordinator Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Sulteng yang mesupport kegiatan itu menyebut, ini adalah bentuk kreativitas seni budaya yang dapat menjadi salah satu obyek kunjungan wisata. Kekhasannya menjadi daya tarik tersendiri.
“Ada wisatawan yang secara khusus ingin mengetahui tentang tradisi suatu suku. Kampung Kaili ini bisa menjadi pilihan karena cukup untuk merepresentasikannya,” imbunya Budi.
Kebanggaan bagi penggagas karena perhelatan perdana Dade Reme Vula itu dihadiri Kadis Kebudayaan Sulteng, Andi Kamal Lembah, bahkan membukanya dengan resmi. Sejumlah pemerhati seni dan budaya to Kaili dari Palu dan daerah sekitarnya termasuk Sigi, Donggala dan Parigi Moutong juga hadir.
“Ini adalah peristiwa kebudayaan yang harus diapresiasi tinggi terlebih di dalamnya mengangkat nilai seni dan budaya tradisi yang mulai banyak ditinggalkan. Ini mesti diberi ruang agar nilai-nilai budaya itu tetap lestari, terutama bagi suku Kaili,” kata Kadis Andi Kamal Lembah dalam sambutannya. (bmz)