MESKIPUN buah anggur bukan tanaman endemik Sulawesi atau Kota Palu, tapi jangan coba-coba mengajari orang-orang di Kelurahan Boyaoge tentang bagaimana cara membudidayakannya. Kenapa? Karena orang-orang di Bayaoge sudah puluhan tahun menekuni dunia tanam menanam buah anggur.
Jangankan cara menanam atau merawatnya, jenis-jenis bibit yang mana varietas asli, unggul, atau yang mana hasil persilangan, semuanya mereka tahu. Mereka pun tahu dari sudut mana harus mulai menanam jika halaman hanya seluas sekitar 3×4 meter.
Saking ramainya tanam menanam anggur oleh warga setempat di wilayah itu, hingga salah satu nama jalan di kelurahan itu pun diberi nama Jalan Anggur.
Kalau tidak percaya, cobalah berjalan-jalan ke kelurahan tersebut. Hampir di setiap halaman rumah-rumah warga terdapat kebun mini berisi tanaman merambat tersebut. Ada yang secara khusus dan serius membudidayakan untuk tujuan bisnis, tapi ada pula karena sekadar hobi, mengisi ruang kosong halaman, dan bahkan ada yang alasannya hanya karena ingin melanggengkan kebiasaan pendahulunya.
Azis misalnya, salah seorang warga Kelurahan Boyaoge ini mengaku telah membudidayakan tanaman anggur di halaman rumahnya yang sempit sejak tahun 1980-an. Bapaknya dulu yang memulai dan lalu ia meneruskannya.
“Jadi dulu itu sekitar tahun 80-an ada bantuan bibit dari pemerintah. Kita di Boyaoge ini ramai-ramai menerima bibit itu, lalu ditanam di pekarangan rumah. Eh ternyata bisa tumbuh dan bahkan tumbuhnya sangat baik,” jelas Azis di kediamannya di Jalan Beringin, Boyaoge, Jumat (19/1/2024) menjelang petang.
Dulu, kata Azis, setiap warga yang memiliki halaman di Boyaoge ini pasti ada tanaman anggurnya. Itu tadi lanjutnya, topografi dan sifat tanah yang dibutuhkan oleh tanaman anggur tersedia di wilayah Boyaoge. Itu juga katanya yang menjawab pertanyaan kenapa jika ditanam di wilayah lainnya tidak bisa tumbuh atau tumbuh tapi tidak sesuai harapan.
Dari sekian banyak jenis anggur yang banyak dibudidayakan di Indonesia, ada tiga jenis yang biasanya ditanam warga di Boyaoge seperti Probolinggo, Jestro, dan Prabu Bestari, tapi yang paling populer adalah jenis Probolinggo. Jenis Probolinggo ini pun beragam, ada yang biru dan ada yang super.
Selain untuk kebutuhan konsumsi keluarga, Azis mengaku, tanaman anggurnya yang walaupun tidak banyak untuk halaman seluas 2×3 meter, juga dijual jika ada yang berminat.
Jauh sebelum urban farming digelorakan di kota-kota besar, Kelurahan Boyaoge sudah lebih dulu melakukannya. Urban farming itu tidak melulu soal tanaman anggur, cocok tanam sistem hidroponik yang memanfaatkan lahan terbatas bahkan telah dikenalinya. (bmz)
View this post on Instagram