Category: inspirasi

pojokPALU > Blog > inspirasi
Ibu-ibu Inspiratif, Tak Malu Punguti Sampah

Ibu-ibu Inspiratif, Tak Malu Punguti Sampah

BEBERAPA orang ibu menenteng karung goni ukuran besar berjalan menyusuri bebatuan gajah yang memanjang di bibir Pantai Talise, Teluk Palu, Minggu (29/1/2023). Mereka sangat awas pada setiap langkahnya, jika tidak, kaki bisa terperosok di sela-sela bebatuan tersebut, dan tentu saja akibatnya bisa fatal.

Ketika Komunitas Motor Aksi Peduli Sampah

Ketika Komunitas Motor Aksi Peduli Sampah

ANGGOTA komunitas motor tak selalu identik dengan ugal-ugalan di jalan. Setidaknya ditunjukkan oleh komunitas motor Vespa antik “NAJIS”, singkatan dari Nag Jhon Independen Scooter.

Saat mengaspal di jalan umum, kepeduliannya terhadap lingkungan, terutama sampah dipertontonkan dengan memunguti sampah plastik yang bertebaran di jalan.

Tersebutlah Zidan, salah seorang anggota “NAJIS” yang terpegok memungut sampah plastik lalu menmenggantungnya di kendaraan Vespa yang sudah dimodifikasinya sedemikian rupa.

Mudah saja bagi Zidan menggantung sampah plastik itu karena motor Vespanya yang dimodifikasi memiliki sekat-sekat dari temali. “Pungut, langsung masuk sekat,” ujar Zidan di Huntap Duyu.

Bagi Zidan dan anggota komunitas Vespanya, peduli dengan lingkungan tidak harus dari yang besar-besar, hal-hal kecil sekalipun sudah sangat berarti bagi kelestarian lingkungan.

Zidan dalam “NAJIS ”nya berharap, praktik positif seperti itu dapat pula menginspirasi komunitas lainnya kerena menurutnya, kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama. (afd)

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by pojokPALU (@pojokpalu)

Teluk Palu Sudah Tercemar Mikroplastik, Terutama Khlorin dan Phospat

Teluk Palu Sudah Tercemar Mikroplastik, Terutama Khlorin dan Phospat

PALU, beritapalu | Teluk Palu jadi tempat sampah plastik, airnya terkontaminasi mikroplastik jenis khlorin dan phospat. Demikian kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) berkolaborasi dengan Komunitas Seangle, dan Perkumpulan Telapak Sulawesi yang dikemukakan dalam sebuah pemaparan di Nemu Buku, Palu, Sulteng, Kamis (13/10/2022) malam.

Peneliti ESN, Prigi Arisandi mengungkapkan, perairan Teluk Palu telah tercemar mikroplastik rata-rata 112,6 partikel mikroplastik dalam 100 liter air. Uji kualitas air di perairan Teluk Palu dilakukan di Kota Palu dan Kota Donggala pada Rabu dan Kamis (12-13 Oktober 2022).

“Selama kegiatan penelitian kami mengambil 50 liter air dengan menggunakan mistic scan, berupa kaleng steinless steel dengan screen plankton ukuran mess 300 diikat dengan karet diujung lubang berfungsi sebagai penyaring air, material yang tersaring dalam screen plankton kemudian diamati dibawah mikroskop portable dengan dengan pembesaran 100-400 kali,” ungkap Prigi.

Relawan ESN bersama Seangel Palu dan Mangrovers Teluk Palu mengumpulkan sampel sampah plastik di pesisir pantai Teluk Palu, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (12/10/2022). (bmzIMAGES/Basri Marzuki)

“Kegiatan penelitian yang kami lakukan menemukan bahwa perairan Teluk Palu telah tercemar Mikroplastik, jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah jenis fiber  sebesar 72 persen dari total mikroplastik yang kami temukan” beber Abizar Ghiffary dari Komunitas Seangle.

Abizar menyatakan, selain tercemar mikroplastik, perairan Teluk Palu juga telah tercemar khlorinnitrat dan phospat. Pencemaran khlorinnitrat dan phospat berasal dari limbah cair domestik yang tidak terkelola dan langsung dibuang ke sungai.

No

Lokasi

Mikroplastik (100 Liter)

Jumlah

Fiber

Filamen

Fragmen

1.Pantai Patung Kuda

150

2412

186

2.Pantai Dupa Indah

40

248

72

3.Pantai Tanjung Karang Donggala

56

1014

80

246

5834

338

 

Ancam Seafood

“Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari hasil pemecahan dari sampah plastik seperti tas kresek, styrofoam, botol plastik, sedotan, alat penangkap ikan, popok dan sampah plastik lainnya yang dibuang di perairan Teluk Palu, karena paparan sinar matahari dan pengaruh fisik pasang surut maka sampah plastik ini akan rapuh dan terpecah menjadi remah-remah kecil,” jelas Prigi Arisandi.

Prigi juga menyebutkan, pada mikroplastik akan dimakan oleh ikan-ikan yang ada di Teluk Palu karena bentuk mikroplastik menyerupai plankton yang menjadi salah satu sumber makanan ikan.

Sample mikroplastik yang diambil dari pesisir Teluk Palu terlihat di layar microscope portabel. (bmzIMAGES/Basri Marzuki)

“Jika mikroplastik sudah ada di perairan maka tinggal menunggu waktu mikroplastik akan masuk dalam lambung ikan dan masuk ke dalam tubuh manusia, padahal mikroplastik ini termasuk senyawa pengganggu hormon. Maka jika ditemukan dalam tubuh manusia atau darah manusia akan terjadi gangguan hormon reproduksi, hormon pertumbuhan dan daya tahan tubuh, salah satunya adalah terjadinya menopause dini,” terangnya.

Mikroplastik juga disebutnya memiliki kemampuan untuk menyerap polutan dalam air dan bisa berperan sebagai media tumbuh bakteri pathogen.

Mikroplastik dari Ecological Observation and Wetlands Conservation menyebutkan bahwa mikroplastik mengikat polutan yang ada di air seperti logam berat, detergen, chlorine, pestisida dan bahan kimia berbahaya dalam air.

“Mikroplastik berperan seperti transporter yang mengangkut polutan di air menempel pada mikroplastik dan terikut masuk ke dalam tubuh manusia, setelah masuk bahan polutan akan tersebar ke peredaran darah manusia, sehingga menyebabkan beragam gangguan kesehatan pada tubuh manusia, selain itu mikroplastik juga menjadi media tubuh bakteri pathogen” imbuh Prigi Arisandi.

Presentasi hasil pengambilan sampel sampah plastik di Nemu Buku, Palu, Kamsi (13/10/2022) malam. (bmzIMAGES/Basri Marzuki)

Ia mengemukakan, secara umum Tim ESN melihat ada tuga faktor penyebab pencemaran mikroplastik di Teluk Palu, yakni minimnya layanan pengangkutan sampah dari rumah-rumah penduduk ke Tempat Pengumpulan Sampah sementara.

Secara umum menurutnya, kota/kabupaten di Indonesia hanya mampu melayani kurang dari 40 persen  penduduk, sehingga 60 persen penduduk Indonesia tidak terlayani pengangkutan sampah, mereka umumnya membakar sampah, menimbun dan membuangnya ke sungai. Tiap tahun Indonesia membuang tiga juta ton sampah plastik ke laut melalui sungai dan menjadikan Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua setelah China.

Penyebab kedua adalah minimnya kesadaran memilah sampah dan membuang sampah pada tempatnya. Indeks kepedulian lingkungan penduduk Indonesia masih rendah yaitu 0,56 dari skala 0-1. Rendahnya kepedulian inilah yang menyebabkan penduduk Indonesia membuang sampah seenaknya, termasuk membuang sampah ke sungai.

Lalu ketiga, masifnya penggunaan plastik sekali pakai seperti tas kresek, sedotan, styrofoam, popok dan botol plastik yang masih massif digunakan di Kota Palu dan Donggala sehingga perlu pengendalian penggunaan plastik sekali pakai. (afd/*)

Merawat Pantai Dupa Layana Indah dengan Konservasi Mangrove

Merawat Pantai Dupa Layana Indah dengan Konservasi Mangrove

PULUHAN anak muda, putra dan putri yang tergabung dalam Komunitas Mangrover’s Palu menjejali Pantai Dupa, Teluk Palu, Kelurahan Layana Indah, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (13/5/2022) sore.

Tak sekadar menyusuri pantai yang lebih dari tiga tahun lalu porak-poranda akibat terjangan gelombang tsunami itu, tetapi juga memunguti sampah, terutama plastik yang berserakan di kawasan itu dan juga memindahkan potongan-potongan kayu yang terbawa arus.

Sampah-sampah itu tidak saja “menyilaukan” mata, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup tanaman mangrove yang sudah tumbuh subur sejak ditanam hampir tiga tahun lalu di kawasan konservasi tersebut.

Beberapa di antara aktivis lingkungan bahkan menyulam tanaman mangrove yang mati dengan tanaman baru. Beberapa lagi lainnya membetulkan kayu penopang mangrove agar tidak hanyut dibawa arus.

Taka da komando khusus yang diberikan kepada anak-anak muda inspiratif itu. Seolah mereka sudah tahu apa yang harus diperbuatnya ketika berada di lingkungan itu. Sebagian mengumpulkan sampah-sampah, sebagian lagi mengangkatnya dengan wadah yang sudah disiapkan sebelumnya.

Gelak tawa riang sesekali terdengar di antara hiruk pikuk pembersihan pantai yang mereka lakukan. Sesekali pula terdengar teriakan kelakar sesama mereka. Semua penuh suka cita melakonkan pekerjaan yang tak berupah itu.

Anak-anak muda itu puas dengan apa yang mereka kerjakan sejak tiga tahun terakhir meski dengan imbalan “terima kasih”. Menurutnya, konservasi mangrove tidak berhenti sampai pada ditanam saja. Konservasi mangrove harus berkelanjutan, tak terkecuali perawatan.

“Kalau bukan kita yang peduli untuk merawatnya, maka habislah mangrove ini,” ujar Najib, salah seorang anggota Komunitas Mangrove Teluk Palu di sela-sela kegiatan itu.

Banyak contoh katanya konservasi yang dilakukan berakhir dengan kegagalan karena tidak disertai dengan perawatan.

Ia bersyukur karena warga setempat telah menyadari arti kehadiran tanaman mangrove itu di Kawasan tersebut. Bahkan kata Najib, warga setempat telah menunjukkan partisipasi aktifnya untuk ikut menjaga tumbuh kembangnya tanaman mangrove tersebut.

“Belajar dari bencana tsunami September 2018 lalu, maka cita-cita kita dari awalnya adalah melindungi kawasan pantai ini dari abrasi dan hempasan gelombang tsunami dengan menanam mangrove. Nah sekarang ini mangrove ini sudah tumbuh, tinggal merawatnya agar keinginan itu bisa-bisa benar terwujud,” kata Najib lagi.

Naskah dan Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki

Puasa, Anak-Anak Persipal U-12 Tetap Berlatih

Puasa, Anak-Anak Persipal U-12 Tetap Berlatih

Pesepakbola anak yang tergabung dalam Persipal U-12 menunggu waktu berbuka puasa usai latihan bersama di Lapangan Nunu, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (18/4/2022). (Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)

 

Di sisi Timur lapangan sepakbola Nunu, puluhan anak-anak usia 12-13 tahun sedang duduk bersila. Di depannya telah terhidang aneka penganan plus dua gelas plastic, satunya berisi air putih dan satunya lagi berisi sirup kelapa muda.

Anak-anak yang jumlahnya 24 orang itu sedang menunggui waktu berbuka puasa. Mereka memang melakukan buka puasa bersama usai latihan rutin yang digelar empat kali dalam sepekan. Mereka teap ceria, meski sisa-sisa peluh masih membasahi kaos yang dikenakannya.

Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 17.45 Wita, yang berarti beberapa saat lagi tiba waktunya berbuka puasa. Seorang di antara mereka berdiri dan mendekati seorang perempuan yang bertugas menuangkan minuman ke dalam gelas-gelas plastic itu.

(Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)

Rupanya anak yang baru duduk di kelas lima SD itu bermaksud menambah porsi sirup kelapa mudanya yang kelihatan tidak lebih banyak dari rekan-rekan lain sebayanya yang sudah duduk manis.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar,” terdengar suara azan dari pengeras suara masjid yang terletak tidak jauh dari lapangan hijau itu. Serentak anak-anak itu mengucapkan basmalah lalu meneguk air putih dan lalu sirup kelapa mudanya.

“Alhamdulillah,” seru salah seorang anak yang sedari tadi sudah melepas sepatu bolanya.

Mereka bersyukur, karena meski di bulan puasa dan juga berarti sedang berpuasa, mereka tetap bisa memenuhi jadwal latihan bolanya yang ketat.

“Ini rutin, selama bulan puasa ini, mereka usai latihan selalu buka puasa bersama di lapangan ini,” kata Ikhsan, salah seorang manajemen Persipal U-12 di sela-sela buka puasa sore itu.

(Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)

Menurut Ikhsan, puasa bukanlah halangan bagi anak-anak untuk tetap latihan bersama. Justeru sebaliknya katanya, puasa mengajari anak-anak binaan itu agar memiliki mental dan spirit yang lebih baik.

“Terutama kebersamaan. Momentum puasa ini mereka merasa saling perhatian, saling bertenggangrassa, merasakan letih dan haus bersama. Ini memupuk kekompakan tim,” ujar Ikhsan.

Meski durasi waktu latihan lebih singkat dari hari biasanya, namun menurutnya itu tidak menjadi soal, karena tekanan latihannya adalah melatih teknik dan skill anak-anak binaan itu.

Sejak dilakukan recruitment pada Januari 2022 lalu, sediktinya telah 24 anak-anak dari berbagai daerah dikumpulkan dan dibina oleh Persipal Palu di bawah bendera Persipal U-12.

Dari jumlah itu, setengahnya atau 12 orang anak adalah mereka yang anak berbakat sepakbola yang direkrut dari beberapa daerah, mulai dari Sigi, Poso, Morowali dan berbagai daerah lainnya di Sulawesi Tengah.

“Yang dari luar Palu disediakan tempat khusus, termasuk menyekolahkan mereka di SD di Palu,” sebut Ikhsan.

Bersama pelatih dan anak yang tergabung dalam Persipal U-12 menunggu waktu berbuka puasa usai latihan bersama di Lapangan Nunu, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (18/4/2022). (Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)

Belajar dari pola pembinaan sepakbola di banyak wilayah, diharapkan pembinaan terpola dan sistematis seperti yang dilakukan dalam Persipal U-12 ini, beberapa tahun ke depan Persipal Palu akan memiliki pemain-pemain berbakat yang mumpuni karena sudah ditempa dari kecil.

“Dalam waktu dekat akan ada tiga kejuaraan sepakbola U-12 tingkat regional dan nasional. Kita belum berharap banyak, tapi paling tidak, kita sudah melakukan persiapan,” sebutnya.

Untuk sampai pada tahap prestasi, tentunya kata Ikhsan, butuh dukungan dari semua pihak, tidak hanya agar dapat mengembalikan kejayaan Persipal Palu di masa lalu, tapi juga untuk membuktikan bahwa Persipal juga bicara soal sepakbola. (afd)

Aksi Spontan Mahasiswa Untad di Hari Peduli Sampah Nasional

Aksi Spontan Mahasiswa Untad di Hari Peduli Sampah Nasional

Mahasiswa Teknik Lingkungan Untad berpose usai memungut sampah di tanggul penahan ombak Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (21/2/2022). (Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)

PULUHAN mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tadulako (Untad) memungut sampah-sampah terutama sampah plastik di sekitar tanggul penahan ombak di sekitar Pantai Talise, Palu, Senin (21/2/2022) sore. 

Menurut Henry, Ketua Mahasiswa Angkatan 2021 di program studi itu, aksi itu adalah spontanitas para mahasiswa setelah melihat banyaknya serakan sampah di sekitar wilayah itu. 

“Ini bertepatan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, jadi kami spontan saja turun ke sini (pantai) untuk memungut sampah-sampah, terutama sampah plastik itu,” ujar Henry diamini rekan-rekannya. 

Ia mengatakan, persoalan sampah bukanlah tanggungjawab pihak tertentu saja, namun menjadi tanggungjawab semuanya, tak terkecuali mahasiswa itu sendiri. Justeru menurutnya, mahasiswa harus menjadi penggerak bagi kesadaran akan lingkungan, terlebih jika dikaitkan status mahasiswa sebagai salah atu agen perubahan. 

Ini katanya akan makin relevan jika dihubungkan dengan program lingkungan Pemerintah Kota Palu yang menargetkan akan bisa meraih piala supremasi kebersihan Adipura pada 2023 mendatang. 

“Kami tidak sekadar belajar tentang teknik lingkungan di bangku kuliah, tetapi juga berusaha menyelami lebih dalam dengan aktivitas spontan seperti ini. Persoalan sampah adalah persoalan kita semua,” tandasnya. 

Sampah menurutnya makin menarik dipersoalkan terutama jika dikaitkan dengan perubahan lingkungan atau clmate change yang sesungguhnya sudah terjadi dan menjadi ancaman serius, bukan hanya bagi generasi saat ini tetapi juga generasi mendatang. 

Dalam catatan, produksi sampah nasional adalah terbesar kedua di dunia setelah China. Bahkan untuk sampah plastik menurut hasil survei, Indonesia adalah salah satu penghasil terbesar.  

“Kita semua harus bisa mengambil peran untuk mengatasi masalah sampah ini,” ajaknya. (afd)

Kaum Muda Menanam di Bumi Perkemahan Kawatuna

Kaum Muda Menanam di Bumi Perkemahan Kawatuna

Seorang pemuda yang tergabung dalam Pramuka Kwartir Cabang Kota Palu melakukan penanaman pohon di Bumi Perkemahan Kawatuna, Minggu (19/12/2021) sore. (Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)

SEJUMLAH pemuda dan pemudi yang tergabung dalam Pramuka Kwartir Cabang Kota Palu, Satuan Karya Wanabakti, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Palu Poso melakukan penanaman pohon di Bumi Perkemahan Kawatuna, Minggu (19/12/2021) sore.

Penanaman pohon bertajuk “Kaum Muda Menanam” itu adalah program penanaman yang difasilitasi KLHK melalui Green Leadership Indonesia dan dilaksanakan secara serentak nasional yang dipusatkan di Bali.

“Untuk Sulawesi Tengah, penanaman Green Leadership Indonesia di pusatkan di Bumi Perkemahan Kawatuna dan dirangkai dengan Kemah Bakti Pramuka Kwarcab Kota Palu dan Ulang Tahun ke-38 Satuan Karya Wanabakti,” jelas Humas BapeDAS Palu-Poso, Solehuddin.

Menurut Solehuddin, kegiatan itu telah berlangsung sejak Kamis (16/12/2021) lalu dan puncaknya pada Minggu (19/12/2021) yang ditandai dengan penanaman pohon oleh sejumlah pihak terkait termasuk Pramuka dan Satuan Karya Wanabakti.

DInamai “Kaum Muda Menanam” karena penanaman pohon itu bersifat gerakan dan melibatkan anak muda sebagai pionirnya. Anak muda diharapkan punya kesadaran, kepedulian, dan kepemimpinan terhadap upaya-upaya menjaga, melestarikan dan pemulihan lingkungan.

Program ini akan memfasilitasi anak muda sebagai generasi penerus bangsa agar memiliki perspektif keadilan sosial dan lingkungan hidup dan keberpihakan kepada lingkungan hidup.

Program ini ingin menjaring calon pemimpin yang berasal dari beragam latar belakang agar semua segmen dalam masyarakat memiliki calon pemimpin yang punya prespektif green dan keberpihakan nyata bagi penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup.

Pada penanaman pohon serentak itu, sedikitnya 250 bibit pohon ditanam terdiri dari 50 bibit pohon kemiri, 50 pohon mahoni, 50 pohon eboni, 50 pohon tanjung, dan 50 biti petai. (afd)

Sisa Perajin Gerabah Palu yang Bertahan

Sisa Perajin Gerabah Palu yang Bertahan

Perajin menata hasil kerajinan gerabahnya yang baru selesai dibakar di Kelurahan Duyu, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (12/12/2021). Perajin gerabah tradisional yang telah dilakukan secara turun temurun itu mengaku kesulitan dalam meningkatkan jumlah produksinya karena ketiadaan tungku pembakar dan menyebabkan ketergantungan pada cuaca. (Foto: bmzIMAGESBasri Marzuki)

DINAMAI Jalan Keramik karena terdapat sejumlah usaha rumah tangga pembuatan keramik atau gerabah di wilayah itu, tepatnya di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu.

Usaha gerabah itu sudah berlangsung sejak lama, turun temurun.

“Ini masih peninggalan nenek saya,” kata salah seorang perajin setempat.

Meski “tertatih-tatih”, usaha itu tetap berjalan dan dikerjakan perempuan-perempuan paruh baya.

Bahan bakunya berupa tanah liat yang didatangkan khusus dari dari sekitar gunung Gawalise. Tapi tidak semua tanah dari gunung itu bisa dijadikan bahan baku. Tanah itu ada spesifikasi khususnya agar kuat diolah menjadi gerabah dan tidak mudah pecah.

“Bahan baku itu diangkut dengan ojek,” imbuhnya.

Sehari, setiap perajin bisa memproduksi hingga 50 buah pot kecil berdiameter sekitar 15 cm. Produksi sebanyak itu kalau focus mengerjakannya seharian dan tidak ada acara kawinan atau pesta di tetangga.

Kebanyakan di antara perajin memproduksi gerabah berdasarkan pesanan. Namun ada juga yang membuatnya sebagai stok.

Masalah jika waktunya sudah sampai tahap akhir atau prosesi pembakaran. Pembakaran dilakukan di tempat terbuka menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Nah, kalau hujan tentu tidak bisa dibakar.

“Itulah kesulitannya karena kami tidak punya tungku bakar. Dibakar secara alami saja,” tambanya.

Padahal menurutnya, jika ada tungku bakar, selain kontinuitas produksi bisa dipertahankan, kualitas gerabah yang dihasilkan juga pasti lebih baik.

Gerabah yang sudah diproduksi akan dijemput para pedagang untuk dijual di pasar-pasar.

Saat ini, masih ada belasan usaha gerabah seperti ini yang masih bertahan di wilayah itu. Jumlahnya makin menyusut dari tahun ke tahun karena tidak banyak anak muda yang menekuninya.

“Anak muda sekarang taunya cuma main HP, tidak ada yang mau belajar gerabah,” akunya.