Category: gaya hidup

pojokPALU > Blog > gaya hidup
Lenggak Lenggok di Fashion Street Bertema Kemerdekaan

Lenggak Lenggok di Fashion Street Bertema Kemerdekaan

PULUHAN peserta mengambil bagian pada fashion street bertema kemerdekaan yang digelar di Lapangan Vatulemo, Palu, Minggu (14/8/2022) pagi.

Fashion street yang diprakarsai komunitas penjahit busana di Kota Palu digelar selain untuk menunjukkan desain busana jalanan hasil jahitan komunitas tersebut, sekaligus untuk memeriahkan peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Kegiatan yang digelar bersamaan dengan car free day itu cukup menarik perhatian warga, terutama yang sedang mengikuti kegiatan olahraga rutin di lapangan tersebut, terlebih karena saat ini sedang “demam” fashion week yang melanda tanah air.

Sejumlah warga menilai positif kegiatan yang dibuka Kadis Pariwisata Kota Palu itu, karena selain menjadi saluran bagi pecinta mode, juga menjadi saluran bagi perancang busana dan ekosistemnya. (afd)

Adu Layang-Layang di Jembatan Lalove

Adu Layang-Layang di Jembatan Lalove

Sejumlah warga mengadu layang-layangnya di bantaran sungai Kelurahan Nunu, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (14/4/2022). Adu layangan pada setiap sore sejak Ramadhan itu ramai dilakukan warga sambil menunggu waktu berbuka puasa. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

BAGI warga, menunggu datangnya waktu berbuka puasa atau “ngabuburit” dapat dilakukan dengan beragam cara seperti nongkrong di pantai, di perbukitan, atau bahkan berburu kuliner.

Tapi bagi sebagian warga lainnya, mengadu layang-layang yang sedang mengangkasa terbilang cukup menyenangkan. Seperti yang dilakukan warga di sekitar bantaran sungai dekat Jembatan Lalove di Kelurahan Nunu, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (14/4/2022).

Puluhan warga tampak asyik dengan layang-layang adunya yang sedang mengangkasa. Layangan adu itu tidak hanya disukai kalangan anak-anak muda tetapi juga dewasa bahkan orang tua. Sorak sorai gembira terdengar riuh ketika di antaranya berhasil memutuskan tali layangan yang lainnya.

Pemandangan permainan layangan adu seperti itu terlihat sejak memasuk Ramadhan lalu. Mereka mengaku, sangat menikmati permainan itu, terlebih jika berhasil memutuskan layangan lainnya.

Seorang warga menunjukkan layang-layang adunya sebelum diterbangkan di bantaran sungai Kelurahan Nunu, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (14/4/2022). Adu layangan pada setiap sore sejak Ramadhan itu ramai dilakukan warga sambil menunggu waktu berbuka puasa. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

“Ini hiburan saja, sekaligus menunggu waktu berbuka puasa,” kata pria yang disapa dengan Mas di lokasi itu, Kamsi (14/4/2022).

Untuk mendapatkan layangan adu, di lokasi itu juga terdapat penjualnya yang juga pecinta layangan adu. Harga cukup terjangkau, rata-rata Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per layang-layang dengan aneka pilihan motif atau gambar.

Bukan hanya itu, benang atau senar yang digunakan sebagai pengikat layang-layang juga tersedia, termasuk alat penggulungnya.

“Kami datang polos saja ke sini karena semuanya sudah disediakan, tinggal bayar,” kata pecinta layangan adu lainnya, Slamet.

Seorang warga membawa layang-layang yang berhasil didapatkannya dari pengejaran layangan adu yang putus di bantaran sungai Kelurahan Nunu, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (14/4/2022). Adu layangan pada setiap sore sejak Ramadhan itu ramai dilakukan warga sambil menunggu waktu berbuka puasa. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Permainan itu menjadi lebih lengkap lagi karena ada saja warga yang bertindak sebagai pemburu layangan putus. Saat salah satu layangan  adu diputuskan oleh layangan lainnya, seketika itu pemburu bergerak mengejar layangan dimaksud.

Pemburu kemudian kembali ke lokasi membawa layangan buruannya dan menjual kembali dengan harga yang lebih rendah dibanding dengan layangan yang baru.

Bukan kali ini saja pecinta layangan adu itu bermain di tempat tersebut. Di sejumlah tempat seperti di bekas reklamasi pantai Talise juga kerap digelar lomba layangan adu. (afd)

Bonsai Endemik Palu Dipamerkan di Palu Grand Mall

Bonsai Endemik Palu Dipamerkan di Palu Grand Mall

Pengunjung mengambil gambar tanaman bonsai yang dipamerkan di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (17/12/2021). (Foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)

KOMUNITAS pecinta tanaman hias bonsai Padagimo menggelar pameran bonsai di pelataran parkir lantai II Palu Grand Mall (PGM) sejak 16 hingga 19 Desember 2021.

Pameran yang menurut Ketua Panitia, Dewa Ketut Renata menampilkan sedikitnya 117 tanaman bonsai milik anggota komuntas tersebut yang tersebar di Palu, Sigi, Donggala, Parigi Moutong, bahkan dari Morowali.

Yang unik, karena dari sekian banyak jenis tanaman bonsai yang dipamerkan tersebut, dua di antaranya adalah bonsai endemik dari Palu. Keduanya masing-masing bernama Sarimbu dan Delima Batu.

Kedua jenis bonsai endemic ini bahkan telah dibudidayakan oleh sejumlah pecinta bonsai dan memiliki permintaan yang cukup tinggi karena kekhasannya.

“Pameran ini sebenarnya selain untuk mengenalkan keragaman bonsai, sekaligus menjadi ajang silaturahmi bagi para anggota komunitas. Sudah cukup lama kegiatan seperti ini tidak digelar,” kata Ketua Komunitas Pecinta Bonsa Padagimo, Zulkifli, Jumat (17/12/2021) sore di sela-sela pameran tersebut.

Zulkifli mengatakan, bonsai adalah tanaman hias dengan yang memiliki keunikan tersendiri. Keunikan itu yang membuatnya berbeda dengan tanaman hias lainnya. Butuh pendekatan khusus agar bonsai dapat dinikmati sebagai benda yang bernilai estetis.

Ia mengatakan, banyak yang mempersepsikan jika bonsai ini sulit dirawat. Menurutnya, sesungguhnya hal itu tidak sepenuhnya benar. Bonsai menurutnya tidak berbeda dengan tanaman hias lainnya.

“Sepanjang kita tahu, bonsai ini sangat mudah merawatnya, sama seperti tanaman lainnya,” imbuhnya.

Makanya katanya lagi, pameran itu digelar sekaligus memberi pemahaman yang benar tentang perawatan bonsai itu. Dalam pameran itu juga dilakukan demonstrasi perawatan dan pembentukan bonsai sejak dari awal.