DARI pinggir jalan, puncak bagan ikan yang diparkir di Pantai Mamboro, Palu Utara ini dapat terlihat dengan jelas. Tiang utamanya menjulang tinggi, mengonggok di bibir pantai seperti tak terurus.
Memang, dua bagan ikan itu sedang rusak. Keduanya di tarik dari tengah laut ke pinggir pantai itu diperbaiki. Satu bagan yang ada di tempat itu berukuran lebih besar dari yang satunya. Parkirnya juga sudah lebih lama dari yang satunya, kira-kira sudah enam bulanan. Sedangkan yang kecil baru sekitar sebulanan ini.
Kenapa lama begitu memperbaikinya? Ya, memperbaiki bagan ikan bukan perkara mudah, bukan sekadar mengganti kayu-kayu yang sudah lapuk atau mengganti jariong-jaring yang rusak, atau memperbaiki instalasi penerangannya.
Memperbaiki bagan ikan laut juga harus siap dana, minimal Rp10 juta, itu pun kalau perbaikannya cukup ringan. Tapi kalau perbaikan basar, bisa habis sampai Rp30 juta. Mahal toh..!
Bahan-bahan bagan ikan ini memang cukup mahal, kayunya harus cukup kuat dan tahan air. Kayu-kayu ini kadang-kadang harus didatangkan dari pulau seberang, yaitu Kalimantan. Jaringnya juga kalau sudah tidak bisa ditambal-tambal, maka harus beli baru. Itu pun harus dipesan dulu dari Jawa karena tidak ada di jual di Palu.
Jadi butuh “nafas panjang” bagi pemiliknya untuk bisa cepat-cepat memperbaikinya. Kadang berbulan-bulan, tergantung kesiapan bahan dan dana bagi si empunya.
Kedua bagan yang parkir di tempat itu tergolong bagan ikan berukuran relatif sedang. Kalau bagan ikan yang berukuran besar atau jumbo, biaya pembuatannya bahkan bisa berbunyi “M” rupiah. Kalau rusak dan diperbaiki, dana yang harus disiapkan paling sedikit Rp100 juta. Tangkislah..
Jadi begitulah, tidak boleh berharap pemasukan yang besar dari investasi yang kecil. Kalau dapat hasil besar, maka biaya investasinya juga harus besar. (bmz)
